SOSIOLOGI AGAMA
diajukan untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Sosiologi Agama
Dosen pembimbing:
Prof. Dr. H.M. Bambang Pranowo
Oleh:
SALAMAH (51.11.011)
PROGRAM PASCASARJANA STUDI PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
2011/2012
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas curahan rahmat dan hidayahNya, akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah bagi teladan kita, Nabi Muhammad SAW dan keluarga beliau serta para shahabatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Agama yang dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. H.M. Bambang Pranowo.
Saya menyadari dalam penyusunan tugas ini, masih banyak terdapat kekurangan. Namun kami berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan untuk membuka wawasan kita tentang sosiologi pada umumnya dan khususya tentang sosiologi Agama.
Akhir kata saya mengharapkan kritik dan saran yang membagun untuk memperbaiki tugas-tuga yang selanjutnya.
Jakarta, Desember 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................... 1
BAB II : SOSIALISASI............................................................................ 3
A. Dampak Isolasi: Sebuah Kasus....................................................... 3
B. Peran Sosialisasi.............................................................................. 5
C. Tahap-Tahap Kehidupan Manusia.................................................
1. Masa Kanak-Kanak............................................................ 6
2. Masa Remaja....................................................................... 10
3. Masa Dewasa...................................................................... 13
4. Masa Tua dan Manula.........................................................
D. Agen-Agen Sosialisasi....................................................................
E. Sosialisasi Moral............................................................................
BAB III :.......................................................................... KESIMPULAN 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Memang benar dewasa ini di kalangan para pemikir yang lebih maju, ilmu pengetahuan telah mengantikan agama. Tentu saja ilmu pengetahuan, yang sebagian besar merupakan hasil dari agama dan berasal dari agama, juga merupakan hasil karya masyarakat. Yang seandainya mereka hidup terpisah satu sama lain, tentu saja ilmu pengetahuan tidak ada gunanya bagi mereka.
Bisa kita amati sekarang apabila ilmu itu tidak didasari oleh agama, maka ilmu itu akan melahirkan manusia-manusia yang keropos yang tidak mempunyai hati nurani. Dan disamping itu bisa kita lihat masyarakat yang semakin modern dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih yang bisa membawa dampak negatif dan positif bagi masyarakat.
Hendpon (HP), TV, internet yang semakin canggih yang mampu melintasi batas ruang dan waktu yang memudahkan orang untuk bersosialisasi dan mejalin silatuhrahmi, dengan keluarga, teman, saudara, rekan kerja, dan sebagainya. Tetapi disamping itu semakin lengkapnya fasilitas dirumah membuat orang-orang malas untuk bermain keluar rumah untuk mengadakan sosialisasi dengan tetangga.
Didalam tugas in akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan sosiologi Agama:
1. Dampak Isolasi
2. Peran sosialisasi
3. Tahap-tahap kehidupan manusia
4. Agen-agen sosialisasi dan
5. Sosialisasi moral
BAB II
PEMBAHASAN SOSIALISASI
A. DAMPAK ISOLASI; SEBUAH KASUS
Secara normal dan biasanya manusia melakukan hubungan atau komunikasi (verbal atau nonverbal) dengan lingkungannya. Dari usia dini sampai dengan usia dewasa, hubungan atau komunikasi selalu atau terus menerus dilakukan bahkan menjelang masa tuannya berakhir.
Bagi anak usia dini, keluarga inti atau teman dekatnya memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan anak seperti memperkenalkan simbol-simbol, bahasa, nilai-nilai dan kebiasaan. Lantas bagaimana anak usia dini yang tumbuh dalam keadaan terisolasi dari dunia luar tanpa pengaruh keluarga dan teman dekatnya?.
Contoh kasus Isabella, isolasi yang dialami oleh Isabella sejak kecil menyebabkan ia tidak dapat berhubungan dengan dunia luar dan kehilangan kesempatan untuk melakukan sosialisasi. Bahkan tanpa sosialisasi Isabella berperilaku mirip seperti binatang. Pentingnya sosialisasi terletak pada proses individu untuk belajar dan menjalani kehidupan sosial di masyarakat.
B. PERAN SOSIALISASI
Sosialisasi berhubungan dengan pembelajaran terus menerus dan berkelanjutan pada diri individu dan dalam masyarakat. Adapun peran dari sosialisasi adalah untuk menanamkan simbol, nilai-nilai, bahasa, dan kebiasaan yang belaku pada individu sehingga individu menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat. Dengan demikian individu bisa mengembangkan potensi yang dimikinya; kesadaran diri, skil, pengetahuan dan potensi lainnya.
C. TAHAP-TAHAP KEHUDUPAN MANUSIA
1. Masa Kanak-Kanak
Masa kanak-kanak berlansung antara umur 0 – 12 tahun. Pada usia 3 – 6 tahun, anak memiliki sifat egosentris (raja kecil). Sebab dirinya berada di pusat lingkungan yang ditampilkan anak dengan sikap menantang atau menolak sesuatu yang datang dari orang sekitarnya.
2. Masa Remaja
Masa Remaja Batasan usia remaja yang pada umumnya para ahli mengambil patokan 12 - 21 tahun bagi wanita dan 13 – 22 tahun bagi pria.
Memang perbedaan batasan usia remaja menurut para ahli yang berbeda beda tersebut ialah wajar dan cocok bagi masyarakat satu dengan masyarakat lain dengan nilai dan ukuran tertentu. Contoh antara masyarakat desa dengan masyarakat yang telah maju. Oleh karena itu para ahli hanya sepakat dalam menentukan permulaan masa remaja yaitu dengan dimulainya kegoncangan yang ditandai dengan datangnya haid (menstruasi) pertama bagi wanita dan mimpi bagi pria.
Besar atau kecilnya kegoncangan yang dialami oleh remaja dari berbagai tingkat masyarakat, namun dapat dipastikan kegoncangan remaja itu ada terjadi.
Keadaan yang menentukan ini tidak sama antara satu anak dengan anak lainnya. Karena perlu dipahami bahwa kematangan seseorang itu sangat bersifat individual, karena itulah mungkin terasa sulit untuk dapat menyamakan individu satu dengan individu lainnya.
3. Masa Dewasa
Masa dewasa berada pada usia pertengahan 20 – 60 tahun. Usia dewasa merupakan usia membagun sosialisasi yang utama, fase belajar pada usia ini menjadi lebih dikit. Pada masa ini saatnya untuk mempraktikkan pembelajaran dimasa sebelumnya. Semua keahlian, bakat, dan pendidikan yang telah dicapai sebelumnya dipraktekkan pada kehidupan ini.
Selama awal masa dewasa hingga sekitar usia 40 tahun, banyak amanah kehidupan telah tercapai. Misalnya; orang muda yang baru dewasa lepas dari ikatan orang tua, merajut kehidupannya sendiri dengan keluarga sendiri, dan memegang tangung jawab ekonomi dan kesejahteraan sosialnya sendiri. Orang muda dewasa mesti juga belajar memuaskan berbagai harapan kaitannya sebagai suami atau istri, pekerja, ayah atau ibu, dan warga masyarakat yang bertangung jawab. Laki-laki dan perempuan bisa saja menghadapi beragam harapan terkait dengan pekerjaannya selama masa awal dewasanya. Banyak masyarakat tradisional yang menunjuk perempuan untuk bekerja di wilayah domestik dan membatasainya untuk aktif di sektor publik. Pada masa ini masyarakat tradisional, usia antara 25 hingga 35 tahun adalah periode dimana perempuan berhenti bekerja dan mulai melahirkan serta mengasuh anaknya. Di lain pihak, laki-laki pada masa yang sama mulai memperoleh promosi jabatan, keahlian dan senioritas yang menjadi kunci kesuksesannya di masa dewasa selanjutnya. Selama umur 40 hingga 60 tahun, berbagai karir telah mencapai puncaknya.
4. Masa Tua dan Manula
Periose antara usia 60-an keatas dianggap sebaga masa tua. Adapun ciri-ciri masa tua atau manula antara lain;
v Menyesuaikan diri dengan menurunya kekuatan fisik dan kesehatan .
v Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan keluarga.
v Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia.
v Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.
D. TEORI PENGEMBANGAN DIRI
1. Pengambilan Peran (Role-Talking)
George Herbert Mead (1863-1931) seorang penganut interaksionisme simbolik dengan karya bukunya Mind, slef and Society (1972). Mead tertarik kepada pengembangan diri (self) manusia. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek maupun objek. Diri masyarakat proses sosial: komunikasi antar manusia. Melihat proses tersebut, tentu saja perkembangan diri melalui proses sosialisasi dalam masyarakat.
Manusia yang baru lahir tidak mempunyai diri. Mustahil bagi manusia memiliki diri dalam ketiadaan pengalaman sosial. Pengambangan konsep diri menurut Mead melalui tahap – tahapan antara lain:
a. Play stage, Anak kecil belajar mengambil peran orang terdekat dan sekitarnya serta dengan siapa anak kecil berinteraksi. Pada tahap ini anak kecil biasa meniru (imitasi) peran yang dijalankan orang dewasa seperti ayah, ibu, kakek, nenek, dan kakaknya.
b. Game stage, peran yang dijalankan dalam sebuah permainan terorganisasi atau permainan tim. Pada tahap ini anak mengetahui peran yang dijalankannya sekaligus mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa dia berinteraksi.
c. Generalized other, yaitu kemampuan mengambil peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat. Misalnya, selaku anak dalam keluarga ia memahami peran ayah dan ibunya, di sekolah sebagai siswa ia memahami peran gurunya, sebagai anggota Pramuka ia memahami peran para pembinanya.
2. Analogi Looking – Glass self
Seorang penganut interaksionisme simbolik, charles Horton Cooley (1864-1929) mengenal konsep diri (self concep). Sebuah konsep bahwa seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Ide looking-glass self mengandung tiga unsur:
a. Kita membayangkan bagaimana kita nampak bagi mereka di sekeliling kita. Contoh, kita dapat berfikir bahwa orang lain menganggap kita jenaka ataukah membosankan.
b. Kita menafsirkan reaksi orang lain. Kita menarik kesimpulan mengenai bagaimana orang lain mengevaluasi kita. Apakah mereka menyukai kita karena kita jenaka? Apakah mereka tidak menyukai kita karena kita membosankan?
c. Kita mengembangkan suatu kosep diri (self concep). Cara kita menginterpretasikan reaksi orang lain terhadap kita memberikan kita perasaan dan ide mengenai diri kita sendiri. Suatu refleksi yang menyenangkan dalam cermin sosial ini mengarahkan ke suatu konsep yang positif; suatu refleksi negatif mengarah ke suatu konsep diri negatif.
E. AGEN-AGEN SOSIALISASI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar